Pendaki Meninggal di Gunung Kerinci

Header Menu

Pendaki Meninggal di Gunung Kerinci

Reyvan Mustofa

Pendaki Gunung Kerinci



Selain menyimpan kemegahan dan keindahannya, Gunung Kerinci juga memiliki jalur yang sulit. Cuaca di puncak Kerinci sulit untuk ditebak. Banyak yang harus dihadapi pendaki, di antaranya badai dan kabut yang bisa mengganggu jarak pandak saat mendaki ke atap Sumatera itu.

Jika tanpa persiapan yang matang, risiko bisa datang begitu saja. Dalam sebuah artikel di laman kerinciparadise.com mencatat terdapat 9 orang pendaki di Gunung Kerinci meninggal dunia, bahkan beberapa di antaranya sampai sekarang ada yang belum ditemukan.

Masih dari artikel kerinciparadise, pendaki yang meninggal pertama kali saat mendaki Gunung Kerinci itu adalah Adi Permana, ia meninggal pada tahun 1983. Pendaki tersebut diduga terjatuh ke dalam jurang di sisi timur shleter III.

Kemudian selain Adi Permana, juga ada Yudha Sentika. Nama pendaki tersebut diabadikan sebagai tempat, yakni Tugu Yudha. Tugu tersebut berada di jalur sebelum menuju puncak. Tugu tersebut dibuat untuk mengenang nama Yudha Sentika yang hilang saat mendaki Gunung Kerinci pada tahun 1990. Hingga kini, Yudha Sentika belum ditemukan.

Selain itu, juga ada nama Dadang dan Nanang. Kedua pendaki tersebut mendaki pada tahun 1997 dan dinyatakan hilang tanpa jejak. Tak hanya pendaki nusantara yang hilang di Kerinci, pendaki Warga Negara Asing (WNA) asal Swiss juga hilang di Kerinci.

Pada tahun 2003 silam Gunung Kerinci kembali digegerkan hilangnya tiga pendaki asal Jakarta Utara. Wiwin, Tedi, dan Aloysius meninggal dunia setelah berhasil dievakuasi selama 5 hari.

Yang terakhir, ada nama pendaki Setiawan Maulana. Pendaki asal Bekasi itu dilaporkan hilang saat mendaki Kerinci. Pencarian terus dilakukan setelah ia dinyatakan hilang. Namun, sampai sekarang keberadaan Setiawan Maulana tidak ditemukan.

Kearifan Lokal Gunung Kerinci

Kesegaran Udara Pagi di Hamparan Kebun Teh Kayu Aro Kerinci Jambi


Gunung Kerinci, selain memiliki pesona pemandangan yang indah, ternyata juga memiliki cerita dan kearifan lokal dari masyarakat setempat. Cerita itu sarat akan misteri.

Wahdi Septiawan, warga Kota Jambi yang sudah beberapa kali mendaki Kerinci, meyakini setiap tempat wisata, terutama wisata alam di Gunung Kerinci pasti memiliki cerita kearifan lokal yang sudah melegenda di tengah masyarakat.

Dari cerita dan kearifan lokal itu, menurut dia, sebagai seorang pendaki bisa menjadikan wejangan agar saat mendaki tidak melanggar dan menghormati aturan itu. Cerita kearifan lokal menurutnya, pasti memiliki muatan pesan moril sehingga harus dihargai.

"Intinya sih paling tidak kalau masuk ke sesuatu tempat itu kita mesti sowan dulu, ibaratnya seperti rumah, kalau kita nyelonong pasti yang punya rumah marah," kata dia.

Penting bagi seorang pendaki, kata dia, mematuhi aturan yang telah dibuat oleh pihak yang mengelola. Misalnya, untuk pendakian di Kerinci, peraturan itu dibuat oleh Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

"Pasti itu ada aturan-aturan ya kan. Aturan itu kan untuk kebaikan, jadi yang harus laksanakan, misalnya membawa turun kembali sampah kita," ujarnya.

Selain itu, sebagai pendaki, kata Wahdi, ia selalu mempersiapkan peralatan mendaki yang memadai sesuai dengan standarnya. Hal itu sangat penting untuk meminimalisasi kejadian yang tak teduga yang bisa saja dialami pendaki.

"Mendaki itu kan pasti ada risiko, jadi ya kita harus sesuai menyiapkan alat dan logistik yang memadai," kata dia.

Gunung Kerinci Masih Ditutup

Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BB-TNKS) masih menutup jalur pendakian di Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Penutupan tersebut dilakukan sejak Maret 2020 untuk mencegah pandemi Covid-19.

"Masih ditutup sampai waktu yang belum ditentukan, Informasi di media sosial yang menyatakan Gunung Kerinci sudah dibuka itu hoaks," kata Pejabat Humas BB-TNKS, Nurhamidi dihubungi Liputan6.com dari Jambi, Kamis (9/7/2020).

Menurut dia, saat ini tim dari Balai TNKS tengah berkordinasi dengan pemerintah setempat terkait mekanisme pembukaan jalur pendakian. Selain berkordinasi, pihaknya juga sedang penyiapkan sarana protokol kesehatan.

Tak hanya Gunung Kerinci, seluruh destinasi wisata alam di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, seperti Danau Gunung Tujuh dan Danau Kaco juga masih ditutup.

"Meski ditutup, tim juga tetap berjaga di pos pendakian. Dan nanti jika sudah kepastian dibuka pasti akan diinformasikan secara resmi," kata Nurhamidi.

Gunung Kerinci merupakan puncak tertinggi gugusan Bukit Barisan di Sumatera. Gunung tersebut berada pada perbatasan antara Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat, atau dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang.

Puncak Kerinci terletak pada koordinat 1°41′48″ LS101°15′56″ BT. Puncaknya berupa kawasan tidak bervegetasi yang mengelilingi kawah dalam selebar 600 meter. Puncak Kerinci sering disebut dengan julukan atap Sumatera.

Sumber berita : https://www.liputan6.com/regional/read/4301183/misteri-pohon-bolong-di-gunung-kerinci-yang-kesohor-di-kalangan-pendaki